contoh tulisan saya untuk ikutan lomba cerpen. Sesuai janji saya kemarin saya bakal ngepost semua tulisan saya yang udah pernah saya kirim either untuk ikut lomba or ngelamar kerja. tulisan dibawah ini buat ikutan lomba cerpen dengan tema air dan lingkungan. *kalo ga salah. even tulisan ini ga lolos setidaknya bisa kalian ambil pelajaran buat memperbaiki tulisan kalian.
SUNGAI BERSIH DAN SEHAT
Hari
minggu Andi beserta ayah, ibu dan Kak Ani berolahraga di Jalan Sudirman sekaligus
menikmati car free day. Car free day
merupakan sebuah acara dimana pada hari tersebut tidak ada kendaraan bermotor
yang boleh melintas. Acara tersebut dimaksudkan untuk wadah orang-orang yang
ingin berolahraga karena di Jakarta memang sudah jarang ada ruang publik untuk
berolahraga. Selain sebagai tempat utuk berolahraga acara tersebut juga
bertujuan untuk mengurangi polusi udara akibat asap kendaraan bermotor. Saat
ini car free day Jakarta baru ada di
daerah Jakarta Pusat, yaitu sepanjang Jalan Sudirman hingga Thamrin. Sepulang
dari berolahraga Andi bersama ayah yang telah selesai mandi dan berganti
pakaian menonton televisi di ruang keluarga. Setiap Hari Minggu Andi selalu
menonton film kartun kesukaannya sebelum acara berita. Biasanya selesai
menonton film kartun Andi langsung pamit untuk keluar main bersama
teman-temannya. Namun kali ini Andi asyik menonton berita televisi bersama
ayah.
Saat
itu berita yang disiarkan mengenai masyarakat Baduy yang sedang melakukan seba ke kantor gubernur Banten. Masyarakat
Baduy melakukan seba dengan berjalan
kaki dari desa mereka hingga ke Serang. Andi sangat penasaran mengapa
masyarakat Baduy berjalan menyusuri hutan hingga ke perkotaan dengan berjalan
sambil bertelanjang kaki seperti yang diberitakan di televisi.
“Ayah
mengapa orang Baduy jalan kaki dari rumah sampai ke kantor gubernur emang ga
capek ya mereka?” Tanya Andi penasaran.
“Coba sana kamu tanya Kak Ani sebulan yang
lalu kakak kan berkunjung kesana.” Jawab ayah. Ayah yang tahu kalau Andi
menyimpan rasa penasaran yang besar menyuruhnya untuk bertanya kepada kakaknya.
Andi
ingat kalau sebulan yang lalu Kak Ani pergi bersama teman-teman satu prodi di
kampusnya untuk berwisata edukasi sekaligus praktikum lapangan. Kak Ani yang
baru saja keluar kamar mandi langsung diberondong pertanyaan oleh Andi.
“
Kak cerita tentang Baduy dong. Kenapa orang Baduy suka jalan kaki? Mereka ga
capek kak? Kenapa mereka ga pakai sandal?”
Kak
Ani yang tau jika adik semata wayangnya itu penasaran menceritakan tentang
Baduy dan masyarakatnya. Selama di Baduy Kak Ani memang berbaur dengan
masyarakatnya termasuk beraktivitas ala masyarakat Baduy. Kak Ani berada di
Baduy selama tiga hari dua malam sehingga kak ani bisa bercerita panjang lebar
untuk menjelaskan rasa keingintahuan Andi.
Masyarakat
Baduy terdiri dari masyarakat Baduy dalam dan Baduy luar. Masyarakat Baduy luar
sudah berinteraksi dengan dunia luar. Masyarakat Baduy luar diperbolehkan untuk
menggunakan kendaraan, alat komunikasi, serta produk pabrikan untuk beraktivitas
sehari-hari. Mereka juga mau meminum obat kimia, peralatan mandi, serta bahan
makanan maupun minuman olahan pabrik. Berbeda dengan masyarakat Baduy luar masyarakat
Baduy dalam sangat tertutup dengan dunia luar. Mereka sengaja menutup diri
untuk mempertahankan tradisi serta kearifan lokal. Oleh karena itu masyarakat
Baduy dalam melakukan seba dengan
berjalan kaki sedangkan masyarakat Baduy luar bisa naik kendaraan.
Masyarakat
Baduy melakukan seba ke Kantor
gubernur setiap ada panen besar. Seba
merupakan sebuah tadisi silaturahmi masyarakat Baduy dengan membawa hasil bumi
kepada peguasa. Tradisi seba juga
merupakan bentuk kesetiaan masyarakat Baduy kepada peminpinnya. Saat melakukan seba ke kantor gubernur masyarakat Baduy
terutama Baduy dalam berjalan kaki dari desa mereka di daerah Pegunungan
Kendeng hingga ke Serang dengan jarak kurang lebih 95 kilometer. Tradisi
berjalan kaki merupakan bagian kearifan lokal masyarakat Baduy dalam tersebut
mereka lakukan untuk melestarikan alam sekaligus menjaga tradisi.
Saat
berada di Baduy Kak Ani dan teman satu kelompoknya bermalam disalah satu rumah
penduduk Baduy dalam di Desa Cibeo. Teman-teman Kak Ani menginap secara
terpisah dirumah-rumah penduduk setempat. Ada yang menginap di Baduy dalam
adapula yang menginap di Baduy luar tepatnya di Desa Kanekes. Menurut Kak Ani
berada di Baduy dalam sangatlah menyenangkan. Banyak hal-hal baru yang dapat
dipelajari dari masyarakat Baduy terutama kearifan lokalnya. Masyarakat Baduy
memiliki kalimat panutan, yaitu lojor henteu meunang dipotong pondok henteu
meunang disambung. Kalimat itu berarti yang panjang tidak boleh dipotong dan
yang pendek tidak boleh disambung. Secara luas kalimat itu juga berarti bahwa
segala sesuatunya tidak boleh diubah-ubah sesuai kehendak manusia melainkan
dilestarikan sesuai dengan kodratnya.
Masyarakat
Baduy dalam tidak memakai barang-barang, makanan, minuman maupun obat-obatan
kimia dari luar. Hal itu dilakukan karena masyarakat Baduy dalam ingin menjaga
kelestarian lingkungan serta menjaga tradisi. Kak Ani yang menginap di Baduy
dalam menceritakan kalau ia juga mandi di sungai tanpa menggunakan sabun,
shampoo, dan juga pasta gigi seperti masyarakat di sana.
“
Ih kakak jorok.” Ledek Andi
“
Bukannya jorok dek tapi biar sungainya ga tercemar karena orang Baduy tidak
hanya mandi tapi juga mengkonsumsi air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.”
Terang Kak Ani. “Emang sungainya bersih kak?” Tanya Andi penasaran.
“
Iya dek sungai di sana jernih dan juga bersih.” Jawab Kak Ani.
“
Kenapa sungai di Jakarta engga seperti sungai di Baduy ya kak sungai di Jakarta
kotor, banyak sampah, dan bau sekali.”
Sungai-sungai
di kota-kota besar terutama di Jakarta memang tidak sehat dan tak layak
konsumsi. Banyak warga yang membuang sampah ke dalam sungai mulai dari limbah
padat hingga limbah cair dari rumah tangga. Sampah-sampah itu yang menyebabkan
sungai di Jakarta menjadi kotor dan berbau. Sangat berbeda dengan sungai di
tanah Baduy yang bersih karena tak ada warganya yang membuang sampah dan
mencemarinya dengan bahan kimia. Itulah mengapa masyarakat baduy tidak memakai
barang-barang yang berbahan dasar bahan kimia karena akan mencemari lingkungan.
“
Berarti sungai di Jakarta kotor karena kita pakai sabun ya kak?” Tanya Andi
dengan serius
“
Bukan cuma sabun dek tapi juga sampah-sampah yang lain.” Terang Kak Ani “ Tapi
memang limbah dari sabun yang kita pakai itu yang menghasilkan bau tak sedap
juga lumut.” “Terus kenapa kita masih pakai sabun kalau sabun bisa mencemari
sungai kak?” Tanya Andi lagi.
“Sebenarnya
ada solusi lain untuk mencegah pencemaran sungai selain tidak menggunakan
sabun.” Jawab Kak Ani.
“Apa
solusinya kak?” Tanya Andi lagi.
“Solusinya
dengan memfilter limbah yang akan dibuang sehingga tidak mencemari sungai.”
Terang Kak Ani.
Setelah
puas mendengar cerita tentang Baduy serta penjelasan mengenai pencemaran sungai
Andi kembali melanjutkan menonton televisi bersama ayah. Secara kebetulan kali
ini berita yang disiarkan masih berhubungan dengan limbah. Namun kali ini bukan
mengenai pencemaran sungai atau pencemaran lingkungan lainnya melainkan
pengolahan limbah yang benar. Pengolahan limbah yang sangat bagus diterapkan di
negara-negara maju salah satunya Jepang. Jepang merupakan salah satu negara
yang sangat disiplin dalam berbagai hal termasuk kebersihan dan kelestarian
lingkungan. Tidak ada sampah-sampah berserakan di jalan sungai-sungai pun
bersih sehingga ikan-ikan koi pun dapat hidup di selokan dan sungai-sungai.
Bahkan ketika banjir melanda air yang menggenang di tempat-tempat umum seperti
stasiun bawah tanah terlihat seperti air kolam renang.
Harapan
kita sebagai warga Indonesia agar kedepannya bangsa kita dapat mengolah limbah
dengan baik dan bijak sehingga tidak ada lagi pencemaran lingkungan. Selain itu
tidak ada lagi masalah-masalah yang timbul karena lingkungan kita yang rusak
dan tidak terawat. Untuk itu sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjaga
dan melestarikan lingkungan mulai dari lingkungan sekitar. Kita harus
menerapkan disiplin akan kebersihan pada diri kita masing-masing mulai dari
sekarang.
ANTARA
KEMARAU DAN BANJIR
“Tuuut…tuuut…tuuut….”
Lamunan Nina seketika buyar ketika mendengar bunyi sirine kereta api. Ia
bersama Budi adiknya akan pergi berlibur ke rumah paman mereka di Yogyakarta.
Nina dan Budi pergi ke Yogyakarta menggunakan kereta pagi.
Disepanjang perjalanan
Nina hanya melamun disamping adiknya yang tertidur pulas. Perjalanan antara
Jakarta – Yogyakarta ditempuh selama kurang lebih delapan jam. Cukup
membosankan memang mengingat hanya bisa duduk-duduk di bangku kereta.
Namun
pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan sangatlah indah. Mulai dari
persawahan , sungai, hingga rumah-rumah penduduk yang asri.
Budi yang sedari tadi
tertidur tiba-tiba terbangun karena suara sirine kereta. Budi langsung bangun
dari tempat duduknya dan bergegas ke toilet. Kembalinya dari toilet Budi
langsung mengajak Nina berbicara.
“Kak tahu ga tadi air
keran di toilet habis aku kira tadi airnya keluar sedikit karena kerannya bocor
eh ternyata ada yang lupa nutup.” Jelas Budi panjang lebar.”Ya udah deh
akhirnya aku cuma pakai tisu toilet.”
Nina tak begitu
menghiraukan penjelasan Budi ia hanya menggangguk-angguk untuk merespon Budi.
Sebenarnya Nina tidak ingin berlibur dirumah paman. Ia ingin menghabiskan waktu
liburnya dengan teman-temannya di Jakarta.
Namun karena orangtua Nina ada
pekerjaan yang mengharuskan mereka pergi ke luar negeri Nina dan Budi
dititipkan sekaligus berlibur ke rumah paman di Yogyakarta. Nina memang tak
sepenuhnya kecewa karena cuaca di Jakarta saat ini sedang tidak bagus.
Hujan
deras kerap mengguyur Kota Jakarta yang kemungkinan akan berakibat banjir. Nina
berpikir jika hujan terus menerus turun tentu ia hanya bisa menghabiskan waktu
liburannya di dalam rumah. Kata paman cuaca di Yogyakarta saat ini masih bagus
dan belum turun hujan seperti di Jakarta.
Sesampainya di Stasiun
Tugu Yogyakarta paman dan Bayu anaknya telah menunggu di pintu keluar untuk
menjemput Nina dan Budi. Budi yang sangat rindu dengan sepupunya langsung
berlari menghampiri Bayu dan memeluknya.
Nina bukannya tak bahagia berlibur
dirumah paman, akan tetapi paman tidak mempunyai anak perempuan seusianya yang
bisa ia ajak untuk bermain. Bayu sepupu mereka memang anak tunggal Paman Priyo
yang seumuran dengan Budi.
“Apakabar kalian?” sapa
paman dengan tersenyum.
“Baik paman.” Jawab
mereka serentak.
Walaupun sebenarnya
muka Nina menunjukkan kalau ia sedang tidak baik-baik saja. Paman membantu
mereka membawakan tas-tas mereka kedalam mobil. Selama perjalanan dari stasiun
ke rumah paman Bayu dan Budi terus bersenda gurau sedangkan Nina hanya melamun
sambil memandangi langit lewat kaca mobil. Sesampainya di rumah paman pun Nina
terlihat kurang antusias tidak seperti Budi yang terlihat habis mengisi
energinya dengan makan sebakul. Melihat keponakannya yang sedikit murung paman
mencoba mendekati Nina untuk menghiburnya.
“ Nina apa kamu ada
masalah? Kamu tidak senang ya berlibur dirumah paman?” selidik paman dengan
hati-hati.
“Nina senang kok paman,
hanya saja Nina ingin menghabiskan liburan Nina bersama teman-teman Nina di
Jakarta.” Jawab Nina dengan nada sedih.
“ Jangan sedih
bagaimana kalau besok paman ajak kalian berkeliling Kota Yogyakarta?” Tanya
paman menawarkan.
“Ga usah paman Nina mau
istirahat dulu saja lagipula kita kan sudah sering berkeliling Kota Yogya
bersama ayah dan bunda.” Tolak Nina halus.
Nina dan keluarganya
memang sudah bahkan sering berkeliling Kota Yogyakarta bila merreka berkunjung
ke rumah paman. Nina bosan berkeliling-keliling Kota Yogyakarta karena tidak
ada pusat-pusat perbelanjaan yang besar dan bagus seperti di Jakarta. Disana yang ada
hanyalah bangunan-bangunan yang sudah tua dan usang.
Dulu sewaktu eyang uti
masih hidup Nina sangat senang berkunjung ke Yogyakarta eyang uti selalu
mengajarkan hal-hal baru dan mendongeng untuk Nina. Rumah eyang uti sangat asri
dengan nuansa pedesaan karena berada di Projo Tamansari, Bantul yang memang
masih terdapat area persawahan.
Namun setelah eyang uti tiada rumah itu tidak
lagi ditempati oleh keluarga Nina. Paman yang sudah menikah dan bekerja di
sebuah hotel berbintang memutuskan untuk pindah ke area perkotaan untuk
mempermudah aktivitasnya.
Sudah dua hari Nina
berada di rumah paman dan masih saja terlihat murung. Tak tega melihat Nina
yang terus-menerus murung paman berinisiatif untuk mengajak mereka ke tempat
yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
“Anak-anak ayo sini
kumpul.” Seru Paman Priyo.
“ Ada apa paman?” Tanya
Budi penasaran.
“Paman mau ajak kalian
rekreasi ke Wonosari Gunung Kidul.” Jawab paman.
“Memangnya di sana ada
apa?” Tanya Budi dan Priyo berbarengan.
“Di sana ada air
terjun, goa-goa indah, perbukitan karst, dan juga jajaran pantai berpasir putih
yang tak kalah bagusnya dengan pantai di Bali.” Terang paman. “ bagaimana
kalian mau ikut apa tidak?”
“Ikuuuut.” Jawab Budi,
Bayu, dan Nina bersamaan.
“Kalau begitu kalian siap-siap
dan istirahat malam ini besok pagi-pagi sekali kita berangkat.” Pinta paman
Nina yang semula kurang
antusias menjadi semangat karena penjelasan dari paman.
Keesokan harinya
setelah sarapan dengan bubur gudeg buatan Bulek Yanti mereka berlima bertamasya
ke Gunung Kidul. Mula-mula mereka mengunjungi air terjun Sri Gethuk. Tempatnya
sangat indah karena dikelilingi hutan kecil dengan pepohonan yang hijau. Namun
sayang karena musim kemarau air terjunnya tidak terlalu deras.
Sehabis asyik
bermain dan berfoto-foto di air terjun mereka berpindah lokasi ke Goa Pindul. Di
sana mereka bisa menikmati keindahan goa dengan tubing menggunakan ban bekas. saat itu airnya cukup tenang dan
tidak deras seperti saat musim penghujan. Selepas dari Goa pindul mereka menuju
kerumah kenalan Paman Priyo di daerah karst Pegunungan Sewu.
Daerah Pengunungan Sewu
merupakan sebuah kawasan karst yang terbentuk dari batuan kapur dan gamping.
Wisata karst ini sudah termasyhur hingga dikenal secara internasional. Dahulu
di daerah Gunung Kidul sangat sulit untuk mendapatkan air sehingga jarang orang
yang mau berwisata ke daerah ini.
Sebenarnya di daerah Gunung Kidul terdapat
banyak sungai bawah tanah. Namun warga tidak mengetahui cara untuk memompa
hingga kerumah mereka dan tidak ada bantuan dari pemerintah. sehingga warga Gunung
Kidul biasa membeli air di musim kemarau dan menadah air hujan dikala musim
penghujan.
Mereka sulit mendapatkan air karena kondisi alam yang memang sulit
dipahami oleh masyarakat awam. Kata Paman Priyo dulu rumah kenalannya pun sulit untuk mendapatkan air tidak seperti
sekarang ini.
Saat ini Gunung Kidul
sudah mendapat perhatian pemerintah karena potensi wisatanya. Bahkan kawasan
Gunung Kidul telah masuk sebagai salah satu world
geopark oleh UNESCO. Berkat potensi wisatanya pihak pemerintah,
universitas, maupun swasta ikut membantu untuk memperbaiki kondisi wilayah
Gunung Kidul termasuk mengalirkan air dari sungai-sungai bawah tanah ke
rumah-rumah warga.
Walaupun masih ada beberapa tempat yang masih sulit
mendapatkan air terutama di musim kemarau. Nina sangat bersyukur meskipun di
Jakarta sering terjadi banjir namun ia dan keluarganya tidak pernah kesulitan
dengan air.
Setelah dari rumah
kenalan paman mereka kemudian menuju ke Pantai Nglambor. Pantai Nglambor
terkenal dengan terumbu karang yang indah di laut dangkal yang terhalang oleh
batu karang besar dari laut lepas. Kondisi yang seperti itu menjadikan Pantai
Nglambor sebagai salah satu tempat menyelam favorit wisatawan.
Selain terkenal dengan
terumbu karang pantai ini memiliki keistimewaan lain, yaitu mata air tawa di
bibir pantai. Mata air tersebut sering dimanfaatkan wisatawan untuk
membersihkan diri dan juga untuk keperluan sehari-hari bagi warga setempat.
Setelah puas bertamasya
mereka pun kembali ke rumah. Nina tak henti-hentinya bersyukur setelah
mengetahui bahwa masih ada daerah yang kesulitan mendapatkan air bersih. Ia
berharap tidak ada lagi daerah-daerah yang terlupakan dan baru mendapat
perhatian ketika sudah terlalu lama mereka dilanda kesulitan. Ia berdoa agar
semua warga bisa mempunyai pompa-pompa air yang dapat mengalirkan air bersih ke
rumah-rumah mereka seperti yang ada di rumahnya.